15 Maret 2009

11 Maret 2009

10 Maret 2009



8 Alasan Memilih Caleg PKS

1. Terbukti anggota DPRDnya bebas dari KKN
2. Terbukti membela hak rakyat sampai tuntas, cepat tanggap dalam setiap penanganan musibah dan bencana alam, tanpa pamrih.
3. Terbukti membela peningkatan anggaran kesehatan dan pendidikan hingga 20%.
4. Kadernya solid penuh persaudaraan, tidak ada konflik internal dan rebutan kekuasaan, PKS terkenal sejuk, rukun dan simpatik, karena jabatan dipandang sebagai amanah.
5. Kader dan pemimpinnya menyiapkan semua waktunya untuk rakyat. Tak kenal lelah dan menyerah dalam berjuang demi rakyat.
6. Kritis tapi tetap konstruktif terhadap kebijakan pembangunan yang dianggap menyimpang dan merugikan rakyat.
7. Menjadi guru dan pembimbing bagi masyarakat, juga dekat dengan ulama, tokoh, birokrat, cendekiawan, mahasiswa dan rakyat.
8. Bekerja dengan profesional pada setiap amanah yang diberikan.
Negeri Muslim Beribu Gereja
Tanggal : 25/12/2005

Kaum Salibis mengaku dibatasi dalam mendirikan gereja. Namun data Departemen Agama menyebut pertumbuhan gereja meningkat hingga seratus persen lebih. Jika dibiarkan, Indonesia sebagai negeri Muslim terancam menjadi imperium Kristus.

Rabu, di pengujung November lalu, Satuan Polisi Pamong Praja membongkar lima gereja di Desa Bencongan, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang. Lima bangunan gereja yang dibongkar adalah Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), Huria Gereja Batak Protestan (HKBP), Gereja Pantekosta Haleluya Indonesia (GPHI), Gereja Bethel Indonesia (GBI) dan Gereja Pantekosta Indonesia (GPI). Mengapa gereja-gereja itu dibongkar?

Berdasarkan keterangan pejabat setempat, pembangunan lima gereja yang berdiri di lahan seluas 110 hektar milik Sekretariat Negara (Sekneg) itu menyalahi aturan karena tidak mengantongi izin mendirikan bangunan (IMB). Sebelumnya, tiga kali peringatan sudah dikeluarkan Pemda Tangerang, namun pihak Kristiani tetap tak peduli.

?Bukan salah kami. Cara ini terpaksa kami lakukan, setelah cara-cara proseduran tidak berhasil,? kata Kepala Seksi Sarana Umum Satuan Polisi Pamong Praja Kabupatan TangerangTolib Efendi memberi alasan langkah Pemda Tangerang merubuhkan lima gereja saat itu.

Selain itu, aktivis Kristen yang taat pergi ke gereja ini menolak jika SKB dua menteri itu disebut menjamin kebebasan beragama di Indonesia. Bahkan, ia menyatakan SKB tersebut tidak sesuai dengan UUD 1945. ?Menjamin, apanya yang menjamin. Kalau SKB itu menjamin kebebasan beragama semestinya tidak sulit dong membangun gereja di Indonesia,? tandasnya kepada SABILI saat ditemui di kantor PGI, Salemba Raya No 10, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Bagaimana sikap ormas dan partai Nasrani lainnya, seperti Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Partai Damai Sejahtera dan lainnya? Dalam menolak SKB No 1 tahun 1969 ini, nampaknya kalangan Nasrani kompak berada satu ?gerbong? dengan PGI. Mereka menganggap, surat yang ditandatangani Menteri Agama KH. Moh. Dahlan dan Menteri Dalam Negeri Amir Machmud itu harus segera diganti karena menindas kebebasan beragama.

Tidak heran jika kaum Nasrani satu sikap dalam menolak SKB dua menteri tersebut karena ini menyangkut eksistensi agama dan keyakinan mereka. Namun yang menyedihkan adalah jika ada orang yang mengaku Islam tapi malah mendukung berdirinya gereja. Bahkan, dengan berkedok demokrasi, mereka menyalahkan pemerintah yang menutup sejumlah gereja liar. Sungguh sebuah keanehan di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim ini.

Di antara orang yang mengaku Muslim namun mendukung pendirian gereja liar, Dawam Rahadjo adalah salah satunya. Dalam sebuah diskusi Kebebasan Beragama dan Disintegrasi Bangsa di Jakarta, Kamis (8/12) lalu, salah seorang pentolan SEPILIS (Sekularisme, pluralisme dan liberalisme) ini mengultimatum pemerintah untuk segera mencabut SKB dua menteri tersebut.

Jika tidak segera merevisi SKB itu, sosok yang dinilai acap kali berpikiran nyeleneh ini, mengancam akan ada pejuang kebebasan yang muncul dengan tuntutan lebih tinggi lagi, yakni pembubaran Departemen Agama. Apalagi, secara hukum surat keputusan menteri itu, lanjutnya, tidak punya landasan hukum yang kuat. ?Yang lebih menyedihkan lagi, SKB tersebut kemudian dijadikan dasar untuk mengganggu keberadaan gereja, yang merupakan rumah Tuhan,? ungkap Dawam.

Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Agama (Depag) Dr. Imam Tholkhah, MA, menyangkal tuduhan SKB dua menteri itu membatasi pendirian gereja. Nyatanya, kata Imam, meskipun ada SKB, persentase gereja yang dibangun meningkat pesat, jauh melampaui masjid.

?Kalau kita lihat data sesungguhnya, pertumbuhan gereja justru meningkat tajam. Bahkan persentase kenaikannya lebih besar gereja ketimbang tempat ibadah umat lainnya, seperti masjid,? kata Imam saat ditemui SABILI di kantornya di Masjid at-Tin, Jakarta Timur.

Berdasarkan data Depag, kata Imam, rumah ibadah umat Kristen melonjak 131,38 persen dari 18.977 pada tahun 1977 menjadi 43.909 buah pada tahun 2004. Gereja Katolik naik 152,79 persen dari 4.934 pada tahun 1977 menjadi 12.473 buah pada tahun 2004.

Sementara itu, masjid, rumah ibadah umat Islam hanya mengalami pertumbuhan sebesar 64,22 persen dari 392.044 pada tahun 1977 menjadi 643.834 pada tahun 2004. ?Jelas pertumbuhan masjid lebih rendah ketimbang gereja,? tambahnya.

Jika mengacu pada laporan Depag di atas, maka persentase orang yang beribadah di masjid jumlahnya juga jauh lebih padat ketimbang orang yang beribadah di gereja. Satu masjid akan dipadati sebanyak 4.050 orang Islam, jika asumsi jumlah umat Islam berdasarkan laporan Depag tahun 2004 sebesar 177.528.772 jiwa dengan jumlah masjid tahun 2004 sebanyak 643.834 buah.

Satu gereja Kristen dipadati 269 orang penganutnya, jika jumlah kaum Kristen tahun 2004 sebesar 11.820.077 dengan jumlah gereja Kristen sebanyak 43.909 buah. Sementara itu, satu gereja Katolik akan dipadati sebanyak 491 orang, jika jumlah umat Katolik sebesar 6.134.902 dengan jumlah gereja sebanyak 12.473 buah.

Data Depag tersebut belum termasuk gereja-gereja yang berdiri di mal-mal, di kantor-kantor atau gedung-gedung mewah di Jakarta. Atau gereja-gereja non permanen, gereja kapel dan rumah-rumah yang disulap menjadi gereja, terutama di daerah-daerah terpencil.

Jika gereja-gereja yang tak terdata dijumlahkan dengan data resmi Departemen Agama, maka bisa jadi jumlah gereja yang didapat akan fantastik dan mengagetkan banyak orang. Negeri Muslim beribu gereja?

Jika benar negeri yang mayoritas berpenduduk Muslim, seperti Indonesia ini memiliki jumlah gereja yang signifikan, maka ini benar-benar fenomena langka dan mungkin saja kasus pertama kali terjadi di dunia. Sebab, di negeri mana pun di jagad raya ini, jumlah tempat ibadah kaum minoritas disesuaikan dengan jumlah penganutnya secara proporsional.

Keadaan serupa terjadi di Belanda. Meski kebebasan beragama juga diakui oleh negara yang pernah menjajah Indonesia selama tiga ratus lima puluh tahun ini, namun kata Kadungga, intimidasi masyarakat kepada umat Islam dan masjid, tetap saja terjadi.

Bahkan teror kepada umat Islam, ujar Kadungga, makin kencang pasca kejadian 11 september 2001 lalu. ?Masyarakat berubah menjadi benci terhadap Islam karena dianggap sebagai teroris. Dan tidak sedikit masjid yang dilempari kotoran oleh masyarakat,? ungkapnya kepada SABILI.

Jika pertumbuhan gereja di Indonesia jauh lebih besar ketimbang masjid, kenapa pula kaum Salibis seperti kebakaran jenggot terhadap SKB dua menteri yang tujuan dibuatnya justru untuk mengatur dan menjamin hubungan antarumat beragama? Kenapa pula mereka terus-terusan mendirikan gereja, padahal jumlah gereja sudah banyak?

Ketua Umum FAKTA Abu Deedat Syihabuddin mengatakan, ngototnya kaum Salibis mendirikan gereja baru adalah wajar untuk memuluskan program kristenisasi di Indonesia. Jadi, bukan semata-mata sebagai sarana ibadah. Jika mereka mau beribadah dan berdoa mengikuti ajaran Yesus, katanya, cukup dengan masuk kamar.

Kegerahan kaum Salibis terhadap SKB dua menteri ?dimaklumi? Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Hussein Umar. Berkenaan dengan SKB, sikap kaum Kristen, menurut Bang Hussein, tidak ada yang berubah. Menurutnya, sejak dulu hingga kini, ada tiga hal yang acap kali kaum Nasrani tolak. Pertama, mereka menolak soal campur tangan negara dalam hal agama dan lembaga keagamaan. Kedua, mereka menolak segala bentuk pengaturan hukum yang berkenaan dengan agama dan lembaga agama. Ketiga, mereka menolak asas proporsionalitas.

Jelas sekali bahwa tujuan pendirian gereja seperti tertulis di buku ?Misi dan Penginjilan? karya Pendeta Niko Notoraharjo adalah dalam rangka penginjilan Indonesia. Tidak semata-mata untuk beribadah kepada Tuhan. Untuk itu, kaum Muslimin dan pemerintah hendaknya menyadari betul akan gerakan ini. Yang lebih penting dari itu adalah pemerintah dan umat harus menolak segala keinginan menjadikan negeri Muslim ini menjadi imperium Kristus. Sungguh ironis, jika di negeri Muslim ini, dibangun beribu gereja! (sabili)

Kasus Indramayu, Serangan Balik ke PKS


INILAH.COM, Jakarta – PKS menyatakan munculnya isu pemerkosaan yang seolah melibatkan kader PKS di Indramayu, Jawa Barat, merupakan bentuk perlawanan balik kepada PKS. Rekayasa ini dilakukan pihak yang terancam akibat tindakan PKS melaporkan Bupati Indramayu ke Panwaslu atas dugaan pelanggaran pidana pemilu.

Hal itu ditegaskan fungsionaris PKS Mahfud Sidik kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (8/3). “Hasil investigasi yang dilakukan PKS di lapangan menunjukkan fakta bahwa kasus tersebut direkayasa untuk mendiskreditkan PKS,” kata Mahfud.

Sebelumnya sejumlah media massa mengabarkan bahwa Roy, Ketua DPC PKS Cantigi, Indramayu, terlibat kasus pemerkosaan terhadap seorang ABG di Kecamatan Cantigi, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (5/3) malam.

Namun Mahfud menyatakan berita kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh ketua DPC PKS hanyalah isapan jempol. “Itu hanya dipolitisasi dari pihak tertentu,” kata Mahfud.

Menurut Mahfud, kronologi kejadiannya diawali dengan pesta miras oleh sekelompok pemuda setempat. Pesta seperti ini memang kerap berlangsung di Indramayu dan biasanya berakhir dengan seks bebas.

Roy, yang diberitakan sebagai Ketua DPC PKS Cantigi, malam itu diundang oleh sang wanita untuk gabung di pesta tersebut. Oleh masyarakat setempat, si wanita tersebut selama ini dikenal sebagai perempuan nakal.

Namun menurut Mahfud, Roy adalah simpatisan PKS yang baru bergabung sebulan. “Roy bukan Ketua DPC ataupun caleg. Ia simpatin dan baru bergabung sebulan,” kata Mahfud.

Dari hasil investigasi yang dilakukan PKS, kata Mahfud, pihak wanita yang seolah menjadi korban perkosaan dalam kasus itu telah dijanjikan akan menerima imbalan sebesar Rp 200 juta dalam bentuk beasiswa SMA hingga universitas.


Tim ivestigasi PKS juga menemukan fakta adanya rekayasa dan pembentukan opini melalui media massa dan selebaran dalam kasus ini yang arahnya ingin menyudutkan posisi PKS. “DPD PKS Indramayu akan terus melakukan langkah dan investigasi untuk mengungkap dan meng-kick-back kasus ini,” kata Mahfud. [P1]

http://inilah.com/berita/pemilu-2009/2009/03/08/89076/kasus-indramayu-serangan-balik-ke-pks/

PKS Bukan Partai Orang Terkenal


Apa jadinya PAN tanpa Amien Rais, PDIP tanpa Megawati (keluarga Soekarno), Demokrat tanpa SBY, Gerindra tanpa Prabowo, Hanura tanpa Wiranto nantinya, apakah partai-partai ini bisa bertahan karena jika dilihat partai-partai ini hanyalah mengandalkan ketokohan.


Tapi partai-partai ini tidak kehilangan akal, kakek/nenek/orangtuanya meski tidak menjadi pimpinan di partai itu. Begiut juga anak/cucu para tokoh diberi tempat yang nyaman di partai tersebut sehingga ketokohan dari orang tuanya masih dapat dipergunakan meski si anak/cucu tidak memiliki kemampuan yang sama dengan leluhurnya.

Dan bisa-bisa sebuah partai akan menjadi milik keluarga besar si tokoh tersebut sampai kapan pun. Golkar dulunya mengandalkan Soeharto, setelah hilang partai ini lebih mengandalkan para pengusaha, pemilik stasiun tv dan orang-orang yang terkenal karena orang tuanya juga.

Tapi ada beberapa partai yang tidak tergantung dengan tokoh, ambil salah satu contoh missal PKS, partai ini tidak memiliki tokoh yang terkenal karena unsur keturunan atau kekayaannya namun mereka mampu mencetak tokoh - tokoh yang layak dan kredibel. Sebelumnya siapa yang mengenal Hidayat Nur Wahid, Tifatul Sembiring, Nurmahmudi, Anis Matta dll.

Jadi sangatlah benar jika PKS disebut partai pencetak tokoh tapi tidak menggantungkan dirinya dengan tokoh yang bersangkutan. PKS, partai yang mengandalkan jaringan dan

sel-sel yang siap setiap saat untuk turun dan bekerja ketika diperlukan seperti bencana alam.

Kader-kader PKS di didik bahwa setiap yang mereka kerja adalah amal yang akan mendapat pahala dari Allah. Menyingkirkan duri di jalanan saja mendapatkan pahala yang sangat besar apalagi menyelamatkan aset-aset NKRI dari orang-orang yang hanya ingin memuaskan nafsu pribadinya. Itu akan menyelamatkan 200 juta penduduk Indonesia dari tindak korupsi dan kebocoran-kebocoran anggaran yang selama ini terjadi.

Susilo Resyanarko, resyanarko@yahoo.com
/>http://inilah.com/berita/citizen-journalism/2009/03/06/88569/pks-bukan-partai-orang-terkenal/

PKS Jamin Moralitas Calegnya

23 Februari 2009 12:42:49 oleh eet

Masykur Sarmian: Sistem Kontrol Internal Kuat, Caleg PKS Bisa dipercaya Jadi Wakil Rakyat

Samarinda, Pemilihan Umum Legislatif 2009 semakin dekat, Masyarakat saat ini puluhan Partai Politik (Parpol) dan ratus Calon Legislatif (Caleg), dengan media sosialisasi yang beragama mudah ditemui dimana saja, pertanyaan lantas parpol mana yang layak dipilih ?

Itulah salah satu persoaalan yang coba dibedah dalam Acara yang bertajuk Dialog Publik bertemakan “Menakar Kinerja dan Komitment Parpol Menuju Pemilu 2009” hari Sabtu kemarin (21/2) yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Unviersitas Mulawarman bertempat di Gedung Dekanat Fakultas Ekonomi Kampus Universitas Mulawarman.

Dalam dialog tersebut menghadirkan sejumlah Parpol peserta Pemilu diantaranya Golkar, PDIP, PKS, Partai Demokrat & PPP masing-masing di wakili oleh satu orang pembicara dengan Audence terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Ormas, OKP dan Ketua RT. Ratusan peserta hadir dan dialog berlangsung seru belasan peserta berlomba-lomba untuk mengajukan pertanyaan dalam forum itu, meski demikian panitia hanya membatasi 8 pertanyaan.

Namun ada yang langka terwacanakan diforum itu, ketika pemaparan perwakilan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang diwakili oleh Masykur Sarmian, dengan tegas ia mengatakan bahwa PKS Jamin Moralitas Calegnya, karena kami sudah memiliki Sistem Kontrol secara internal yang kuat dan teruji, sehingga Caleg PKS “lanjutnya. bisa dipercaya menjadi Wakil Rakyat “ujar. Caleg DPRD Kaltim dari PKS nomor urut 2 dengan daerah pemilih Samarinda ini.

Lebih lanjut ia menjelaskan selain dibarengi dengan Sanksi tegas bagi yang melanggar, hal ini terbukti juga dengan kinerja PKS dari tahun 1999 lalu hingga saat ini perjuangan PKS selalu berangkat dari nilai-nilai moral, karena ini sebutnya sebagai landasan awal dalam mengelola Negara dan kepentingan Masyarakat untuk mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera.

Dalam acara itu juga hadir Prof. DR Sarosa Hamongpranoto, SH selaku pengamat Sosial dan Hukum dari Universitas Mulawarman, ia berpendapat anggota legilstatif sekarang rentan terhadap pelanggaran, buktinya katanya banyak anggota legislatif yang terlibat kasus kopursi. Padahal katanya legislatif harusnya sebagai lembaga kontrol Pemerintah. “Bagaimana bisa mengontrol pemerintah bila badan legislatifnya sendiri korupsi. Apalagi penegakan hukum dinegri ini masih lemah, “Jelasnya.

Sementara itu Syafril Teha Noor yang didaulat sebagai pembicara dari Pers mengatakan seorang anggota legislatif dituntut tak hanya pandai dan menguasai persoaalan tapi juga harus memiliki tingkat kedewasaan yang baik. Sudah banyak bukti tanpa kedewasaan berbagai masalah internal sering mencuat di parpol yang katanya diisi orang-orang pandai itu. “Itu masalah utamanya. Intinya parpol tak harus diisi orang pintar tapi juga dewasa, “ujarnya.

SN Diding Rivilla, Dipl. Rad : Usung Visi Misi Partai

10 Maret 2009 09:04:59 oleh ema

Menjadi Calon Legislatif (CALEG) bukanlah suatu kehormatan dan bukanlah menjadi nilai tinggi dikultur masyarakat tetapi ini adalah amanah yang besar, ketika menjadi CALEG kita harus siap menjadi pelayan masyarakat. Kemudian jika menjadi seorang CALEG dari salah satu Partai idealnya CALEG tersebut tidak membawa visi misi pribadi tapi yang harus diusung adalah visi misi Partai dimana kita berada didalamnya. Demikian yang dipaparkan oleh Ibu Sessi Nomoney Diding Rivilla, Dipl. Rad (Caleg DPRD Kota Samarinda Nomor Urut 2 DAPIL Samarinda Ulu) ketika diwawancarai oleh Tim Web PKS KALTIM pada Senin (09/03) dikediamannya JL.P.Suryanata, Kompleks Panti Asuhan Ruhama Kelurahan Bukit Pinang Samarinda.


Kalau tataran sebagai CALEG saya pikir untuk visi misi, kita mengikuti visi misi partai dimana kita berada didalamnya artinya kita yang include ke visi misi partai. Meskipun keputusan MK sistem PEMILU berdasarkan suara terbanyak, saya pikir bukan berarti kita memiliki/membawa sifat individual kita. Harusnya kita lebih cenderung untuk memanfaatkan keputusan MK tersebut, jadi masing-masing CALEG bisa mengoptimalkan diri untuk memberikan kontribusi pada Partai bukan malah menjadi sebuah sarana persaingan internal. Jadi kalaupun kita bersosialisasi, menggalang massa atau menggalang dukungan suara, itu sebenarnya bukan untuk kita tapi ini adalah sumbangan kita untuk Partai, jangan sampai timbul bahwa kita melakukan itu semua untuk diri kita, kita melakukan itu supaya kita bisa duduk di Parlemen, itu sama saja merubah niat kita, apalagi saya memandang menjadi CALEG itu adalah perluasan lahan Da’wah, perluasan wilayah Da’wah. Jadi intinya kita harus membawa visi dan misi Partai.

Ketika berbicara visi Partai, PKS kan Partai Da’wah makanya tadi saya katakan bahwa ini merupakan perluasan wilayah Da’wah. Ketika menjadi Partai Da’wah maka ada pembelajaran politik dan pewarnaan yang akan kita berikan dalam ranah politik kita. Artinya tidak selamanya ketika orang memberikan konotasi politik itu kotor maka siapa saja yang masuk didalamnya akan ikut menjadi kotor juga, nah justru itu yang ingin kita rubah dengan warna Da’wah kita. Dan kita juga mengupayakan untuk menyesuaikan diri dengan keinginan-keinginan Partai yang mengamanahkan itu kepada kita jadi sebagai CALEG dari salah satu Partai idealnya CALEG tersebut tidak membawa aspirasi pribadi tapi yang dibawa adalah suara banyak orang, suara masyarakat, suara ummat bahkan keinginan dari Partai itu sendiri.

Kemudian berbicara mengenai misi, kita ingin bagaimanan PKS senantiasa menjadi suatu wadah yang akan selalu menyuarakan aspirasi ummat, mewakili kepentingan-kepentingan masyarakat. Kemudian kita juga ingin senantiasa melayani masyarakat dengan slogan yang sejak dulu diusung oleh PKS “Setia Melayani Rakyat”. Kita harus membangun mental pelayanan kepada masyarakat karena menjadi CALEG bukanlah suatu kehormatan dan bukanlah menjadi nilai tinggi dikultur masyarakat tetapi ini adalah amanah yang besar, ketika menjadi CALEG kita harus siap menjadi pelayan masyarakat karena kita tidak hanya sebatas melayani keluarga kita tetapi lebih luas lagi dan memang butuh suatu pengujian mental yang luar biasa. Kemudian juga ternyata untuk menjadi seorang pelayan masyarakat itu dibutuhkan profesionalitas juga, tidak bisa dengan modal apa adanya apalagi ditengah sekian banyak krisis yang melanda Negeri kita saat ini serta problem dan masalah yang berkembang sangat luar biasa. Intinya seorang CALEG itu adalah pelayan masyarakat, jadi sejak dini mental dan perofesionalitas itu harus dibangun untuk memahami permasalahan bangsa, makanya PKS itu punya jargon “Bersih, Peduli dan Profesional”.

07 Maret 2009


silahkan Copy
ikhwah fillah,

ketika kita sedang menaiki puncak kinerja (peak performance) perjuangan memenangkan da'wah kita dalam pemilu 9 april 2009, ribuan saudara-saudara kita jatuh berguguran sebagai syuhada di gaza.
rasanya perjuangan memenangkan da'wah dalam pemilu 2009 takkan pernah seberat perjuangan saudara-saudara kita di palestina.
lawan mereka adalah negara-negara adidaya. lawan kita hanya partai-partai politik.
mereka dihujani rudal dan bom, kita hanya dihadang hujan air atau serbuan atribut lawan. mereka berdarah-darah, kita hanya berkeringat.

mari kita menatap pemilu 2009 ini dengan tatapan mata anak-anak palestina,
dengan air mata wanita-wanita palestina,
dengan kepalan tangan mujahidin palestina.
agar aura perlawanan mereka juga mengalir dalam semangat pemenangan da'wah kita disini.
agar tekad penaklukan mereka juga merasuk dalam darah pemenangan kita disini.
jika dengan semangat jihad ini kita melangkah menuju pemilu 9 april 2009,
maka hanya ada satu berita terakhir yang akan kita dengar : menang, dan hanya menang!

kemenangan da'wah kita ada ditangan antum semua.
kemenangan da'wah kita disini adalah langkah besar yang kita perlukan untuk bisa lebih leluasa membantu saudara-saudara kita di palestina.
pastikan antum semua terlibat.
pastikan antum semua berpartisipasi.
pastikan antum semua berkontribusi.
semoga allah swt memberkati jihad antum semua dengan memenangkan da'wah kita dalam pemilu 9 april 2009

jakarta, 5 januari 2009

h.m. anis matta, lc

Caleg Perempuan PKS Bicara

Mila Wardani: Keprihatinan Saja Tidak Cukup, Harus Ada Action
03 Maret 2009 13:31:28 oleh eet
Kasus Aborsi Kian Memprihatinkan
"Sekarang ini kita melihat adanya orientasi pendidikan hanya sebatas penguasaan ilmu saja tetapi tidak mengarahkan anak kepada pendidikan budi pekerti," (Dra. Mila Wardani, Anggota DPRD Kota Samarinda dari FPKS)
________________________________________
Samarinda, Tingginya angka aborsi ilegal di Indonesia, sangat berkaitan dengan pola atau perilaku hidup kaum remaja dengan gaya seks bebasnya. Barang tentu mengundang keprihatinan banyak pihak. Namun ungkapan keprihatinan tidaklah cukup, harus disertai dengan action. Perlu dukungan semua pihak untuk memberikan pemahaman dan perlindungan, utamanya kepada kaum ramaja dari bahaya perilaku seks bebas sebagai awal dari terjadinya aborsi.
Pengamat Sosial sekaligus Anggota Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Dra. Mila Wardani mengatakan bahwa, tingginya angka oborsi ini sangat berkaitan dengan pola perilaku remaja kita yang memang sudah cukup mengkhawatiran.
"Bagaimana tidak mengkhawatirkan, seorang peneliti menyampaikan via media bahwa hampir 90% di sebuah perguruan tertinggi pertama di kota pelajar sudah mengenal yang namanya seks bebas," ungkap Mila Wardani.
Menurut Mila Wardani, perilaku dan gaya hidup seks bebas ini tentunya tercipta akibat dari minimnya pendidikan seks utamanya oleh keluarga sejak dini dan besarnya peran media.
Mila Wardani menambahkan, tentunya ini saling terkait dengan dunia pendidikan dan media massa. Diperlukan kerja keras orang tua dalam membimbing anak-anaknya agar tidak berperilaku hidup seks bebas serta peran pemerintah yang lebih maksimal lagi.
"Dan kalau saya melihat, kurang adanya keinginan dari semuanya, kecuali hanya sekedar muncul keprihatinan. Karena keprihatinan saja tidak cukup harus disertai dengan actionnya juga," ucap Mila Wardani.
Diilustrasikan oleh Mila Wardani, misalnya saja tentang adanya kejadian di sebuah keluarga berupa hubungan incest (hubungan sedarah). Semisal ayah, kakak, om dan keluarga dekat lainnya yang semestinya menjadi pelindung tapi malah pemakan keluarga sendiri.
Seharusnya keluarga lebih banyak berperan dalam memberikan pendidikan, bimbingan seks dan perlindungan sejak dini. Misalnya dengan melakukan pemisahan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan, mengajari anak perempuan tetep berpakain ketika tidur, hingga mendiskusikan kepada mereka jika ada kasus-kasus demikaian agar mereka bisa menjaga diri. "Inilah sebenarnya pendidikan seks sejak dini bukan ngajari mereka bicara vulgar, cara berpakaian secara tidak sopan dan lain sebagainya sejak dini," tandas Mila Wardani.
Selain itu lembaga pendidkan juga harus mengontrol anak didiknya. "Sekarang ini kita melihat adanya orientasi pendidikan hanya sebatas penguasaan ilmu saja tetapi tidak mengarahkan anak kepada pendidikan budi pekerti," lanjut Mila Wardani. Mila Wardani bercerita, "Satu hari ada cerita, anak saya sedih ketika gurunya tidak mengijinkanya shalat karena waktu shalat berbarengan dengan jam pelajaran. Sungguh ini suatu disiplin yang keliru. Dan yang paling mengejutkan lagi, di bak sampah sekolahnya di temukan tesfek (tes kehamilan) dengan hasil yang positif! Ada apa dengan lembaga pendidikan kita ketika satu sisi maju dalam hal pelajaran tapi timpang dengan nilai-nilai moral." Kemudian, banyak media massa bukan menjadi informan positif tetapi menjadi racun bagi generasi kita. Betapa mudahnya anak-anak kita mengakses "pelajaran" seks tanpa halangan lewat film di tv, internet atau hand phone. Lebih lanjut Mila Wardani menjelaskan, ketiga lembaga inilah yaitu Keluarga, sekolah dan pemerintah yang harusnya bekerja keras, saling mendukung dan bekerja sama. Sebab kalau orang tua saja yang menanamkan nilai-nilai moral tanpa di dukung oleh dunia pendidikan pasti juga akan sangat berat.
"Mestinya jika sudah ada Undang-undang atau Peraturan Daerah-nya, ini tinggal sistem pelaksanaanya saja yang harus dibenahi. Sayangnya kita tidak selalu mempersiapkan sistem ketika sudah ada peraturan dibuat sehingga kadang-kadang terkesan sia-sia belaka. Padahal payung hukumnya sudah ada tapi implementasinya yang justru tidak jalan," ujar Mila Wardani.
Mila Wardani berpendapat, sebenarnya ada usaha yang harus di lakukan walaupun kelihatanya kecil. Yaitu bagaimana peran PKK, Disdik, MUI dan berbagai lembaga terkait lainnya bisa melakukan sosialisasi ke simpul-simpul massa terkait dengan mengungkapkan berbagai kasus dan cara penyelesainnya. "Saya pikir tidak hanya masalah aborsi saja, bisa juga tentang narkoba yang telah menimpa 1,3 juta penduduk Indonesia dan kian marak saja."